"I dress for myself, not to impress" is a bullshit

Statement semacam “gue dress up buat diri sendiri, bukan buat orang lain” atau “gue pake make up buat diri sendiri, bukan buat orang lain.” itu scientifically bullshit.

Rasa kepercayaan diri yang memuncak memang dapat muncul ketika kita berpenampilan dengan baik—setidaknya itulah kata mereka. Bayangkan jika anda berada di dalam suatu tempat dimana isinya dipenuhi oleh orang-orang Korea jaman dulu. Berpakaian tradisional (Hanbok), berwarna nyentrik, dan rambut yang tertata dengan aksesori cantik menempel di atas telinga. Apa yang orang normal akan gunakan untuk masuk ke dalam tempat itu? Menggunakan satu set jas mahal dengan pantofel? Tentu saja tidak. Terkecuali untuk situasi tertentu, orang pada umumnya secara default akan menggunakan style yang sama untuk mendapatkan kepercayaan diri.

Secara psikologis, ada beberapa fenomena yang terjadi: Normative social influence, tendensi untuk menyesuaikan diri kepada ekspektasi suatu kelompok, sehingga lebih mungkin diterima oleh kelompok tersebut. Tidak dijudge, tidak dilirik sinis, tidak dilihat seperti orang aneh. Ketika kita pergi ke kantor, dimana orang-orang menggunakan pakaian yang rapi dan formal, tidak mungkin kita menggunakan pakaian skena atau kalcer yang biasa kita gunakan ke Blok M—celana jeans rombeng, baju oversize, dengan puluhan aksesori menempel di tubuh kita. Sejak jaman dahulu, nenek moyang kita selalu melakukan konformitas untuk meningkatkan survivabilitas mereka.

Ada konstruksi psikologis Fear of Negative Evaluation (FNE) untuk mengukur seberapa anxiousnya kita dan pengukuran terhadap jeleknya pandangan orang lain terhadap kita. Masyarakat manusia memang ganas dalam hal judgement sosial sehingga orang-orang mempunyai tendensi untuk konform kepada masyarakat setempat. “Laki-laki gak cengeng” adalah contoh umum lainnya yang ada di masyarakat. Mindset seperti ini menjadi standar sosial yang membuat laki-laki terlihat cupu ketika menangis. Akhirnya, banyak laki-laki yang menahan perasaannya sebagai bentuk konformitas. FNE ini benar adanya.

Ada sebuah studi yang dilakukan kepada anak muda untuk mengukur hubungan antara social desirability dan Fear of Negative Evaluation (FNE). Korelasinya? Sangat sangat tinggi, r = 0.95. Ini menunjukkan bahwa kita akan merasa lebih diinginkan dan percaya diri jika kita mendapatkan positive evaluation dari masyarakat.

Sebetulnya, orang-orang yang mengatakan bahwa mereka berusaha looking good untuk dirinya sendiri, itu adalah bentuk defensif mereka terhadap FNE. Mereka bilang mereka tidak mencari pujian, mereka hanya ingin netral dan menghindari negative evaluation. But yes, dopamine dressing is real. Kita merasa puas jika kita mendapatkan pujian atau merasakan validasi sosial, yang membuat kita merasa ketagihan untuk terus menggunakan pakaian yang berbeda.

Kita tidak menggunakan satu set cosplay Frieren ke kantor. Kita tidak menggunakan pakaian casual ketika bertugas menjadi dokter. Semua ada tempatnya. Enclothed cognition, adalah ketika kita pakaian kita mempengaruhi pikiran kita sendiri. Kita akan menjadi lebih professional ketika kita ke kantor menggunakan pakaian formal. Kita akan merasa lebih fun ketika pergi ke acara wibu menggunakan cosplay yang kita sukai. Kita akan merasa lebih pede ketika kita memakai pakaian skena di Blok M.

Ketika yang good-looking lebih dihargai

Alasan lainnya kenapa “I dress for myself” adalah bullshit adalah karena pada masyarakat modern ini, orang yang terlihat good-looking lebih dihargai. Dalam psikolog evolusi, orang yang good looking itu diasosiasikan dengan “kesuksesan reproduksi” sehingga dapat meningkatkan tingkat survivabilitas.

Ini adalah bentuk dari bias psikologi. Dalam riset yang dilakukan pada tahun 2024, para peserta diberikan wajah-wajah untuk diberikan rating kepercayaan dan kecerdasan. Terbukti bahwa wajah yang atraktif dianggap lebih dipercaya dan lebih cerdas dibanding wajah yang kurang atraktif, walaupun sebenarnya dua wajah yang ditampilkan itu dari orang yang sama, bedanya, salah satu wajah tersebut sudah diberikan beauty filter berat sehingga menjadi good-looking.

Orang-orang yang good-looking dianggap lebih jujur, lebih kompeten, lebih sosial, dan lebih happy. Wajah memang mahal untuk diupgrade, tapi cara berpakaian murah untuk diperbaiki. Oleh karena itu, memperbarui style berpakaian kita adalah salah satu cara mudah untuk dianggap lebih terpercaya. Dalam hal ini, lagi-lagi kita berpakaian untuk orang lain.

Berpenampilan menarik untuk diri sendiri itu valid, ketika..

Ketika kita ingin memaksimalkan kemampuan kita dengan mengasosiasikan pakaian kita dengann kemampuan kita. Pada riset yang dilakukan oleh Adam Galinsky pada tahun 2012, peserta diminta untuk melakukan attention test. Dibagi menjadi dua grup, grup pertama mengerjakan test tersebut menggunakan jas dokter dan grup kedua menggunakan mantel pelukis. Riset ini menunjukkan bahwa orang dengan jas dokter mempunyai attention yang lebih panjang dan lebih sedikit kesalahan yang dibuat.

Berpakaian itu memberikan efek feedback loop, yaitu apa yang kita pakai dapat mempengaruhi pikiran kita sendiri. Menggunakan jas ketika interview kerja (meskipun online) akan meningkatkan kepercayaan diri. Menggunakan jas lab untuk meningkatkan kehati-hatian. Menggunakan kacamata anti-radiasi untuk meningkatkan fokus bekerja di depan laptop. Semua ini tentang mindset. Dengan kekuatan otak kita, associative memory, bahkan barang-barang yang ada di sekitar kita pun bisa kita jadikan sebagai tanda sesuatu sedang berjalan. Kacamata = fokus. Celemek = kreatif. Jas = professional.