Relationship
Opening questions:
- Does love language work? Works, tapi bukan keharusan.
- Who should pay the bill? 50:50 atau selalu cowo? Bisa dua-duanya.
- Can love survive without physical intimacy? no.
- What is the most common red flag? Ghosting.
- Is LDR doable? Yes
What makes a good standard?
Kedewasaan, karena menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan. Parameter kedewasaannya ada tiga:
- Cara pikir, tidak hanya konsumsi, tapi juga kontribusi. Mindset anak kecil itu ketika seseorang masuk hubungan itu untuk mengambil bukan berkontribusi.
- Cara ngomong, gak semua yang ada di pikiran itu harus diucapin, harus difilter. Mikir dulu baru ngomong, bukan ngomong dulu baru mikir.
- Cara merasa, kalo anak kecil, semua perasaannya butuh divalidasi, butuh diakui, butuh dilihat, jadinya tantrum. Orang dewasa tidak begitu.
Quotes
“Saya adalah orang yang paling bertanggungjawab atas perasaan saya. Dia gak bertanggungjawab atas perasaan saya, saya gak bertanggungjawab atas perasaan dia. Dia bertanggungjawab atas perasaan dia.”
Artinya, dalam konteks ini, kita bertanggungjawab atas perasaan masing-masing. Misalnya, kita sudah memaksimal mungkin menjaga perasaan, tapi dia masih merasa kurang dan belum bisa meredam perasaannya. Disitulah dia bertanggungjawab atas perasaannya dia sendiri.
Tips
- Jangan berpikir bahwa menikah dengan seseorang akan membuatmu lebih bahagia, itu mitos. Karena kamu masuk ke hubungan dengan ekspektasi dan tuntutan.
- Irrasional vs rasional, mana yang lebih penting? dua-duanya, dengan porsi. Pas pacaran, usually the irrational plays more, karena ketika ada masalah, kita pulang ke rumah masing-masing dan bisa memulihkan diri sendiri. Sementara kalo menikah? itu sudah satu selimut. Jadi, rasional harus ditaruh diatas perasaan.
- Ketika nikah, bukan lagi perasaan, tapi komitmen.
- Ketika pacaran: “aku mencintai dia karena..” (perasaan), dan ketika nikah: “aku mencintai dia meskipun..” (komitmen).
- Buatlah list “nice to have” dan “must have”. Rata-rata umur > 30 punya banyak must to have, jauh lebih ketat dibanding waktu kita remaja. Kalau umur belasan pacaran, kita ga mikirin apa-apa, kalo pacaran ya pacaran aja. Sementara, semakin dewasa kita, semakin banyak filter.
Oneness
ini yang mendeskripsikan “level seseorang”
- Spiritual oneness: agama yang sama, level keimanan yang sama, bagaimana pandangan dia terhadap tuhan
- Intellectual oneness: ini tidak mesti harus di level sama, yang paling penting adalah curiosity. Keingintahuan lebih penting daripada kecerdasan yang sama.
- Social oneness: cara berteman, kedewasaan itu dapat dilihat dari caranya memilih teman. Teman-teman terdekatlah yang cenderung akan memengaruhi orang itu.
- Physical oneness, gatau, no explanation di video itu.
Stage of love:
- Liking (intimacy): emotional closeness without physical attraction
- Infatuation (passion): physical and sexual attraction, but lack of depth
- Empty Love (commitment): relationship with obligation but without warmth
- Romantic Love (intimacy + passion): early stage of dating, excitement, affection, without commitment
- Companionate Love (intimacy + commitment): ikatan emosional yang dalam dan komitmen
- Fatuous Love (passion + commitment): romance with commitment but lack emotional foundation
- Consummate love (intimacy + passion + commitment): perfect love
Video source: https://www.youtube.com/watch?v=oN2PRUY8dzQ